Menurut Eckles et al. (1980) bahan penyusun es krim ialah lemak, padatan bukan lemak, pemanis, stabilizer atau emulsifier dan bahan flavor. Fungsi bahan penyusun tersebut adalah sebagai berikut:
2.1 Lemak
Fungsi penambahan lemak pada pembuatan es krim adalah memberikan rasa creamy
serta berperan dalam pembentukan globula lemak dan turut mempengaruhi
besar kecilnya pembentukan kristal. Selain itu menurut Goff (2000) lemak
sangat penting dalam memberikan body es krim yang baik dan meningkatkan karakteristik kehalusan tekstur.
2.2 Padatan Susu Bukan Lemak
Campbell and Marshall
(1975) menyatakan bahwa bagian terbanyak dari bahan padatan susu bukan
lemak adalah laktosa ata susu skim, protein dan garam mineral. Laktosa
memberi rasa manis dan menurunkan titik beku. Protein berfungsi menambah
nilai nutrisi, memperbaiki cita rasa, membantu pembuihan, pengikatan
air dan membantu produk es krim yang lembut.
2.3 Pemanis
Pemanis
yang dapat digunakan dalam pembuatan es krim adalah sukrosa, gula bit,
sirup jagung ataupun bahan pemanis lainnya yang diperbolehkan. Sukrosa
atau gula komersial merupakan bahan pemanis yang sering digunakan.
Tujuan pemberian pemanis ialah memberikan kekentalan dan cara termurah
untuk mencapai total solid yang diinginkan sehingga dapat memperbaiki body dan tekstur frozen
dessert serta menurunkan titik beku (Walstra and James, 1984).
2.4 Stabilizer (Penstabil)
Penstabil atau yang biasanya disebut dengan stabilizer merupakan suatu kelompok dari senyawa dan biasanya stabilizer yang digunakan adalah golongan gum polisakarida. Stabilizer
akan bertnggung jawab untuk menambah viskositas dalam campuran fase
tidak beku dari es krim (Goff, 2000). Menurut Furia (1968) beberapa
fungsi utama dari stabilizer ialah:
-
Mengatur
pembentukan dan ukuran dari kristal es selama pembekuan dan
penyimpanan, mencegah pertumbuhan kristal es yang kasar dan grainy.
-
Mencegah penyebaran atau distribusi yang tak merata dari lemak solid yang lain.
-
Mencegah pelelehan yang berlebih, bertanggung jawab terhadap bentuk body, kelembutan dan kesegaran.
Macam-macam stabilizer yang dapat ditambahkan dalam pembuatan es krim selain gelatin adalah agar, sodium alginat, gum acacia, gum karaya, guar gum, locust bean gum, karagenan, carboxymethyl cellulose (CMC), dan lain-lain (Marshal and Arbuckle, 1996).
2.5
Emulsifier (Pengemulsi)
Emulsifier
digunakan untuk menghasilkn adonan yang merata, memperhalus tekstur dan
meratakan distribusi udara di dalam struktur es krim (Arbuckle, 1977).
Paling sedikit sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang
menyebabkan daya emulsifier yang sangat kuat adalah kandungan
lesitin yang terdapat dalam kompleks lesitin-protein (Winarno, 1997).
Padatan kuning telur mempengaruhi tekstur, hampir tidak mempengaruhi
titik beku dan meningkatkan kemampuan mengembang karena kompleks
lesitin-protein (Arbuckle, 1977). Kuning telur mengandung lesitin yang
dapat berfungsi sebagai pengemulsi yaitu bahan yang dapat menstabilkan
emulsi. Emulsi yang stabil adalah suatu dispersi yang tidak mudah
menjadi pengendapan bahan-bahan terlarut, dengan demikian emulsifier dapat mempengaruhi daya larut suatu bahan (Friberg and Larsson, 1997).
2.6 Pewarna dan Perasa
Pewarna adalah
bahan yang digunakan untuk mengatur bau memperbaiki diskolorasi makanan
atau perubahan warna selama proses atau penyimpanan. Berbagai pewarna
alami tersedia dan digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut.
Karatenoid adalah jenis yang paling luas digunakan, diikuti oleh pigmen
bit merah dan karamel warna coklat. Jumlah pewarna sintetik yang
diijinkan adalah sedikit. Warna kuning dan merah merupakan yang paling
banyak digunakan. Produk-produk makanan yang sering diwarnai adalah
permen (confection), minuman ringan, dessert powders,
sereal, es krim dan produk-produk susu. Zat perasa adalah
senyawa-senyawa yang meningkatkan aroma dari komoditi makanan, walaupun
zat ini sendiri dalam konsentrasi penggunaannya tidak memiliki bau atau
rasa yang khusus. Efek dari zat ini, tampak nyata pada kesan-kesan
seperti rasa/feelings, volume, body atau kesegaran/freshness (khususnya pada makanan-makanan yang diproses menggunakan panas) dari aroma dan juga oleh kecepatan penerimaan aroma atau time factor potentiator (Belitz and Groosch, 1987)
3 Proses Pembuatan Es Krim
Menurut Desrosier (1977) tahapan yang dilakukan dalam pembuatan es krim yaitu pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi, aging dan pembekuan.
3.1 Pencampuran
Prosedur
yang biasa dilakukan dalam mencampurkan baha-bahan es krim yaitu dengan
mencampurkan cair krim, susu atau produk susu cair yang lain dalam
wadah untuk pasteurisasi. Semua bahan harus tercampur merata sebelum
suhu pasteurisasi tercapai (Desrosier, 1977). Campuran bahan yang akan
ibekukan menjadi es krim disebut ICM (Idris, 1992).
3.2 Pasteurisasi
Pasteurisasi
merupakan proses untuk mengurangi jumlah mikroba pembusuk dan patogen
yang tidak tahan panas dengan menggunakan suhu 79oC selama 25
detik. Proses ini juga membantu menghidrasi beberapa komponen seperti
protein dan penstabil (Goff, 2000). Adapun suhu pasteurisasi yang sering
digunakan dalam pembuatan es krim dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Suhu, waktu dan metode pasteurisasi campuran es krim
Low Temperature Low Time (LTLT)
|
High Temperature Short Time (HTST)
|
High Heat Short Time (HHST)
|
Ultra High Temperature (UHT)
|
Sumber: Marshal and Arbuckle (1996)
3.3 Homogenisasi
Proses homogenisasi untuk memcah ukuran globula-globula lemak yang akan menghasilkan tingkat dispersi lemak yang tinggi (Webb et al.,
1980). Keuntungan homogenisasi adalah mengaduk semua bahan secara
merata, memecah dan menyebar globula lemak, membuat tekstur lebih
mengembang dan dapat menghasilkan produk yang lebih homogen (Desrosier,
1977).
3.4 Aging
Menurut Eckles et al. (1980) aging merupakan suatu proses pendinginan campuran yang telah dihomogenisasi pada suhu di bawah 5oC
selama antara 4 sampai 24 jam. Waktu aging selama 24 jam memberikan
hasil yang terbaik pada industri skala kecil. Hal ini menyediakan waktu
bagi lemak untuk menjadi dingin dan mengkristal serta menghidrasi
protein dan polisakarida sepenuhnya. Selain itu kristalisasi lemak,
adsorpsi protein, stabilizer dan emulsifier dalam globula lemak membutuhkan waktu beberapa jam terutama jika gelatin ditambahkan sebagai stabilizer.
3.5 Pembekuan
Menurut
Potter (1986) proses pembekuan yang cepat disertai pemasukan udara
berfungsi untuk membentuk cairan dan memasukkan udara ke dalam campuran
es krim sehingga dihasilkan overrun. Proses pembekuan ini
disertai dengan pengocokan yang berfungsi untuk membekukan cairan dan
memasukkanudara ke daam ICM sehingga dapat mengembang (Desrosier, 1977).
4 Mutu Es Krim
Es krim dikatakan bermutu tinggi apabila berkadar lemak tinggi, manis, berbody halus (Idris, 1992). Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim sangat menentukan mutu es krim.
Tabel 4 Mutu es krim menurut Standart Industri Indonesia (SII) no. 1617 Th. 1985
Padatan susu bukan lemak (%)
|
Sesuai dengan SK. Dep. Kes. RI no. 235/Men. Kes./per/IV/79 |
tidak terdapat
tidak terdapat
|
4.1 Overrun
Overrun
pada pembuatan es krim adalah pengembangan volume yaitu kenaikkan
volume antara sebelum dan sesudah proses pembekuan (Hadiwiyoto,1983).
Pada dasarnya overrun merupakan jumlah peningkatan volume es
krim yang disebabkan oleh masuknya udara pada pengocokan selama proses
pembekuan (Lampert, 1965).
Overrun es krim berkisar antara 60-100%. Es krim yang baik secara umum mempunyai overrun 80% dengan kadar lemak 12-14% (Harper and Hall, 1976). Bennion (1980) meyatakan bahwa es krim yang diproduksi pabrik mempunyai overrun 70-80%, sedangkan untuk industri rumah tangga biasanya mencapai 35-50%.
4.2 Kecepatan meleleh
Es krim yang berkualitas tinggi agak tahan terhadap pelelehan pada saat dihidangkan pada suhu kamar (Nelson and Trout, 1965). Kecepatan meleleh es krim secara umum dipengaruhi oleh stabilizer, emulsifier,
keseimbangan gula dan bahan-bahan susu serta kondisi pembuatan dan
penyimpanan yang dapat menyebabkan kerusakan protein (Campbell and Marshall, 1965).
4.3 Mutu Organoleptik
Hasil
pengolahan bahan pangan harus sesuai dengan apa yang oleh konsumen.
Kesukaan ini dapat menyangkut sifat-sifat bahan pangan dan penilaiannya
mengandalkan indera (Kartika dkk., 1987). Menurut Winarno (1997),
informasi tentang suka dan tidak suka, preferensi dan keperluan konsumen
untuk bisa menerima dapat diperoleh dengan menggunakan metode pengujian
yang berorientasi pada konsumen dari panelis sensoris yang tidak
terlatih. Pada pengujian konsumen yang benar, orang yang digunakan
sebagai panelis harus diperoleh secara acak dan populasi targetnya harus
representatif agar diperoleh informasi tentang sikap dan preferensi
konsumen.
4.4 Tekstur
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tekstur es krim adalah ukuran, bentuk dan distribusi
dari kristal es dan partikel lainnya yang membentuk body es
krim (Barraquia, 1978). Tekstur es krim yang disukai adalah halus,
ditunjukkan oleh kelembutan seperti beludru dan terasa lembut di mulut
(Webb et al., 1980). Tekstur yang lembut pada es krim sangat dipengaruhi oleh komposisi campuran, pengolahan dan penyimpanan (Campbell and Marshall, 1975).
4.5 Rasa
Rasa
sebagian besar bahan pangan biasanya tidak stabil yaitu dapat mengalami
perubahan selama penaganan dan pengolahan, selain itu perubahan tekstur
dan viskositas bahan pangan dapat memberikan rasa (Winarno dkk., 1984).
Rasa sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan dalam ICM. Cacat pada rasa
dapat disebabkan oleh adanya penyimpanan susu dan produk susu yang
digunakan, juga akibat kekurangan atau kelebihan penambahan bahan dalam
ICM, termasuk penambahan rasa (Eckles et al., 1980).