Rabu, 06 April 2016

Kaitan Ilmu Sosial Dasar dengan Film Iron Jawed Angels

Di dalam SAP mata kuliah Ilmu Sosial Dasar terdapat SAP "Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat". Dalam film Iron Jawed Angels dikisahkan sebuah perjuangan perempuan untuk mendapat dukungan dari NAWSA agar kaum perempuan mendapat hak pilih yang sama dengan laki-laki. Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia, pada jaman dahulu juga pernah terjadi konflik seperti itu. Tetapi setelah masa perjuangan R.A Kartini dan Dewi Sartika tidak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. 
Allah mencipatakan umat manusia yaitu laki-laki dan perempuan dengan derajat yang sama, sehingga perempuan juga berhak mendapatkan hak pilih di dalam pemilu. Film ini banyak mengajarkan kita tentang bagaimana agar perempuan mempunyai derajat yang sama dengan laki-laki dan tidak ada lagi yang membelakangi atau membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Semua warga atau masyarakat berhak mengajukan pendapatnya masing-masing.

Resensi Film Iron Jawed Angels


 Judul resensi: Pemberian Hak Politik kepada Perempuan Amerika





Pembukaan
PPGA-PM. Iron Jawed Angels (IJA) merupakan sebuah cerita yang berdasarkan pada  sebuah kisah nyata dari para pegiat perempuan yaitu  Alice Paul yang diperankan oleh Hillary Swank dan Lucy Burns yang diperankan oleh  Frances O’Connor. Film IJA diproduksi oleh HBO Films pada tahun 2009. Iron Jawed Angels adalah gambaran lika-liku perjuangan perempuan untuk memperoleh hak-haknya. Film ini menjadi potret bahwa perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam ruang politik tidaklah mudah. Diperlukan waktu dan energi yang panjang,  karena untuk menembus benteng bernama patriarkhal sangat sulit.
Isi
Film ini diawali oleh pertemuan antara Alice Paul, Lucy Burns dengan Anna Howard Showel yang menjabat sebagai ketua Asosiasi Emansipasi Wanita Amerika Nasional (National American Woman Suffarace Assosiation / NAWSA). Alice dan Paul berkeinginan untuk mendapatkan dukungan NAWSA dalam mengamandemen UU mengenai hak pilih perempuan.  Anggapan mengenai ketidakpantasan kaum perempuan berkiprah dalam politik hampir terjadi di seluruh  Negara bagian Amerika Serikat pada saat itu. Hal ini terlihat dari sedikitnya Negara bagian (hanya 9 negara bagian ) di AS yang  telah memberikan hak politik bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam pemilu. Pemberian hak politik bagi perempuan di 9  negara bagian ini memakan proses selama 64 tahun. 





ketakutan terhadap perempuan apabila mereka diberi ruang untuk berubah dalam berpolitik maka yang terjadi adalah muncul tuntutan-tuntutan yang cenderung emosional. Tujuan yang ingin dicapai oleh Alice Paul sangat jelas yaitu pemberian hak politik kepada perempuan Amerika untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu, terlepas apakah hak politik itu akan dipergunakan oleh perempuan untuk tujuan tertentu. Namun yang pasti adalah mereka harus mendapatkan hak tersebut karena mereka adalah warganegara yang mempunyai hak yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Hak pilih yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan akses untuk berpartisipasi dalam menentukan kebijakan pemerintah. Harus disadari bahwa suara yang diberikan pemilih, akan memunculkan seseorang yang berkuasa yang akan menentukan masa depan mereka. Alice dan Lucy melakukan perekrutan simpatisan untuk ikut bersama mereka melakukan aksi. Target mereka yang pertama adalah kelompok buruh perempuan. Pada awalnya kelompok perempuan resis terhadap mereka. Namun, kampanye Alice akhirnya menyadarkan mereka.

Kelebihan
Menurut saya film ini sangat layak ditonton oleh masyarakat Indonesia, karena film ini mengisahkan perjuangan seorang perempuan yaitu Alice dan Paul untuk mendapatkan dukungan dari NAWSA untuk mengamandemen UU mengenai hak pilih perempuan. Perempuan maupun laki-laki mempunyai derajat yang sama sehingga tidak perlu dibedakan atara perempuan dan laki-laki mengenai hak pilih dalam pemilu. Cerita dari film ini bisa kita jadikan contoh agar kaum laki-laki tidak lagi membelakangi kaum perempuan.
Kekurangan
Menurut saya kekurangan dari film ini adalah gaya bahasa atau kata yang digunakan dalam film ini sulit dimengerti karna banyak terdapat kata yang sangat berat dan juga kata-kata politik yang sulit dipahami.

Penutup

Kesimpulan

Dalam film ini kita dapat melihat karaketistik tokoh Alice, Lucy, dan Emily. Alice adalah seorang yang mempunyai visi yang jelas, cerdas dan berpendirian tinggi. Lucy, teman seperjuangan Alice yang memiliki cita-cita sama dengan Alice, yaitu ingin memperjuangkan hak atas kesetaraan perempuan. Sedangkan Emily, adalah seorang ibu yang memiliki kasih sayang dan kecintaan pada anaknya, serta concern terhadap gerakan emansipasi perempuan, untuk mewujudkan kehidupan anak-anaknya yang lebih baik di masa depan. Para perempuan tersebut kemudian bergabung di dalam partai wanita independen yang terdiri dari berbagai aktifis perempuan yang mempunyai visi bersama.



http://puslitgenderanak.unsoed.ac.id?p=213
https://arihaz99.wordpress.com